Jumat, 17 September 2010

Sejarah Bola Volley

Sejarah Bola Voli
Pada tahun 1895, William C. Morgan, seorang direktur YMCA di Holyke, Massachusetts, menemukan sebuah permainan bernama mintonette dalam usahanya memenuhi keinginan para pengusaha lokal yang menganggap permainan bola basket terlalu menghabiskan tenaga dan kurang menyenangkan. Permainan ini cepat menarik perhatian karena hanya membutuhkan sedikit ketrampilan dasar, mudah dikuasai dalam jangka waktu latihan yang singkat, dan dapat dilakukan oleh pemain dengan berbagai tingkat kebugaran. Permainan aslinya dahulu menggunakan bola yang terbuat dari karet bagian dalam bola basket. Peraturan awalnya membebaskan berapa pun jumlah pemain dalam satu tim. Pada tahun 1896 nama permainan ini diubah oleh Alfred T. Halstead, yang setelah menyaksikan permainan ini, menganggap bahwa bola voli lebihsesuai menjadi nama permainan ini mengingat ciri permainan ini yang dimainkan dengan melambungkan bola sebelum bola tersebut menyentuh tanah (volleying). skip to main | skip to sidebar VOLLEY BALL Rabu, 2007 Desember 05 Ukuran Lapangan Ukuran Lapangan Setiap pemain harus mengetahui tanda-tanda yang ada di lapangan. Lapngan voli berukuran panjang 18 meter dan lebar 9 meter, yang ditandai dengan garis pinggir dan garis belakang.Garis pinggir dan garis belakang merupakan pembatas bidang permainan. Garis-garis penting lainnya adalah : Garis tengah yang membagi lapangan menjadi 2 bagian yang sama, terkadang disebut sebagai daerah tim. Garis serang yang sejajar dengan garis tengah dan berjarak 3 meter dari garis tengah. Daerah service adalah daerah diluar garis belakng sebelah kanan yang berukuran sepertiga lapngan dan dengan lebar 6 kaki. Bila daerah yang diperlukan ini tidak ada, maka seorang pemain yang hendak melakukan service diperkenankan untuk melakukannya di dalam bidang pertandingan sampai pada jarak yang diperlukannya. Ketinggian net yang tepat bagi pemain putri adalah 2,24 meter dan untuk pria dan permainan campuran tinggi netnya 2,43 meter. Bagian yang sah dari net adalah yang berada diantara kedua garis pinggir.

SEJARAH-SEJARAH DI PIALA DUNIA

Saat itu Piala Dunia belum mengenal babak kualifikasi. Sejumlah besar dari 13 tim yang berlaga adalah undangan, empat dari Eropa, delapan dari Amerika Selatan dan sebuah tim yang mewakili Amerika Serikat. Banyak tim yang memutuskan tidak ikut serta karena letak Uruguay yang jauh. Perjalanan panjang melalui laut membutuhkan waktu kira-kira dua bulan lamanya. Hal tersebut menjadi alasan bagi beberapa negara besar untuk tidak ambil bagian termasuk Inggris dan sesama negara Eropa yang dominan seperti Austria, Hungaria dan Cekoslovakia. Pada akhirnya, negara tuan rumah, Uruguay keluar sebagai pemenang dan menjadi tim pertama yang berhasil mengangkat trophy Piala Dunia.
Edisi kedua Piala Dunia diadakan di Italia empat tahun kemudian, 1934. Daya tarik turnamen global ini telah meningkat pesat saat itu, tercatat sebanyak tiga puluh dua negara ikut ambil bagian dalam babak kualifikasi. Ini adalah Piala Dunia pertama yang mengadakan kualifikasi, dengan 32 tim untuk memperebutkan 16 posisi. Inggris menolak untuk ikut serta begitupula dengan juara bertahan Uruguay, yang menolak bermain sebagai balasan sikap negara-negara Eropa yang enggan hadir di Piala Dunia 1930. Lebih mirip dengan Olimpic Berlin 1936 Adolf Hitler, diktator Italia Benito Mussolini menggunakan turnamen Piala DUnia sebagai salah satu kesempatan untuk memaksa propaganda Fasis. 55.000 penonton termasuk Mussolini, hadir di final antara tuan rumah melawan Cekoslovakia. Dan sekali lagi, seperti edisi sebelumnya tuan rumah keluar sebagai pemenangnya, trophy Piala Dunia pertama bagi Italia.
Jika mitos tuan rumah selalu keluar sebagai pemenang itu benar, maka tuan rumah Prancis seharusnya bisa memenangkan Piala Dunia FIFA ketiga di tahun 1938. Tapi sayang mitos tersebut tidak terbukti, Perancis hanya berhasil sampai ke perempat final, perjalanannya dihentikan oleh sang juara bertahan Italia. Keperkasaan Squadra Azzurri benar-benar menonjol saat itu dengan berhasil menyabet juara Piala Dunia untuk kedua kalinya secara berturut-turut. 
Perang Dunia Kedua
Berlangsungnya Perang Dunia Kedua membawa kesuraman bagi dunia sepakbola. Dr Ottorino Barassi, wakil presiden FIFA Italia saat itu, menyembunyikan trofi Piala Dunia dalam kotak sepatu di bawah tempat tidurnya selama perang berlangsung, dengan tujuan untuk mencegahnya jatuh ke tangan pasukan pendudukan. Tahun 1946, piala itu resmi berganti nama untuk menghormati Presiden FIFA Jules Rimet, yang telah bekerja tanpa kenal lelah untuk melestarikan semangat dan struktur permainan sepakbola selama konflik bertahun-tahun. Maracana
Setelah 12 tahun absen karena Perang Dunia kedua, Piala Dunia kembali dengan format baru. Sebuah liga mini digunakan untuk putaran kedua, dengan tim yang menang di tiap grup akan berhak maju ke babak selanjutnya. Brazil, Swedia, Spanyol dan Uruguay bersaing untuk memperebutkan titel juara Piala DUnia ke 4. Pertandingan final akhirnya mempertemukan Brazil melawan Uruguay, A Seleção sebagai tuan rumah sangat diunggulkan untuk mampu mengalahkan Uruguay. Merasa pasti menang, 205 ribu pendukung Brazil berbondong-bondong datang ke Stadion Maracana (hingga mencatat rekor penonton terbanyak di satu pertandingan dalam sejarah Piala Dunia). Namun, persiapan pesta pora itu sekejap berubah menjadi hujan tangis saat Alcides Ghiggia mencetak gol pada menit ke 79 untuk keunggulan Uruguay, skor 2-1 bertahan hingga akhir dan membawa uruguay juara Piala Dunia untuk kedua kalinya.
Kekalahan atas Uruguay di Maracana itu tetap dikenang sebagai sebuah aib yang tak bisa dilupakan bagi Brazil. Mereka menamai aib itu dengan sebutan Maracanazo yang kurang lebih berarti "Prahara Maracana". Dan sejak saat itu, kata "Maracanazo" menjadi sebuah ungkapan populer di Brazil jika menyebut terjungkalnya tim besar oleh tim yang tidak diunggulkan.
Piala Dunia 140 Gol
Kejutan berikutnya juga terjadi pada Piala Dunia 1954 di Swiss, yang merupakan Piala Dunia yang paling menegangkan dan mungkin yang terbaik sepanjang masa, dengan 140 gol dalam 26 pertandingan jika di rata-rata maka ada 5,38 gol di setiap permainan. Tak ada yang tak mengunggulkan Hungaria menjelang Piala Dunia 1954 Swiss. Dekade 50-an adalah milik Hungaria. Diperkuat oleh deretan pemain terbaik masa itu seperti Ferenc Puskas, Nandor Hidegkuti, Sandor Kocsis, dan Jozsef Bozsik, tim ini bisa disebut dengan julukan Para penyihir Magyar. Itulah sebabnya kemenangan Jerman atas Hungaria pada final Piala Dunia Swiss di Bern disebut sebagai The Miracle of Berne atau "Keajaiban Berna" yang mengacu tempat final dilaksanakan. Dalam hal inovasi, Piala Dunia 1954 adalah yang pertama kali dipakainya nomor punggung untuk setiap pemain.
Pele
Piala Dunia di Swedia pada tahun 1958 selamanya akan dikenang dari sosok seorang anak berusia 17 tahun berkebangsaan Brazil bernama Pele, yang menolong negaranya untuk mengklaim penghargaan tertinggi sepakbola dunia pertama kali setelah mereka mengalami kekalahan dua kali yang menyakitkan.
Piala Dunia Terkejam
Pertempuran Santiago terjadi pada Piala Dunia 1962 di Chili. Mungkin pertandingan antara tuan rumah Chili melawan Italia akan menjadi yang paling kejam dalam sejarah Piala Dunia. Dua pemain Italia harus dirumahkan, yang lainnya, Humberto Masghio, mendapati tulang hidungnya patah setelah pukulan hook kanan dari Leonel Sanchez, dan parahnya tindakan itu tidak mendapatkan hukuman. Dengan 11 lawan 9, perkelahian terus terjadi. Lentingan kaki, sodokan sikut, ayunan tinju, dan cipratan ludah berhamburan hingga pertandingan berakhir. Tercatat, polisi sampai tiga kali masuk lapangan untuk memisahkan pemain yang berkelahi. Chile menang 2-0 yang lantas maju ke babak semifinal – prestasi terbaik mereka sepanjang sejarah keikutsertaan mereka di Piala Dunia. Sementara itu, Italia yang tersingkir di penyisihan grup harus pulang lebih awal.
Piala dunia 1966
Kembali pada Piala Dunia 1966 di Inggris tuan rumah berhasil keluar sebagai juaranya. Namun keberhasilan Inggris dicurigai terdapat kecurangan karena dukungan wasit, salah satunya yang paling tampak adalah Gottfried Dienst, wasit asal Swiss. Wasit inilah yang mengesahkan dua gol aneh Geoff Hurst untuk Inggris dalam partai final melawan jerman Barat. Gol ketiga Hurst meski tak semenentu yang kedua, terjadi lebih aneh lagi. Gol yang tercipta pada menit terakhir perpanjangan waktu itu berbarengan dengan menghamburnya penonton ke lapangan pertandingan – karena mereka menyangka pertandingan telah selesai. Dan, seperti yang dicatat sejarah, gol tidak normal itu disahkan oleh wasit Dienst.
Kejayaan Brazil
Piala Dunia Meksiko 1970 bisa jadi tahun kejayaan terbesar bagi Brazil. Brazil menang dengan predikat tim terbaik yang tak terbantahkan. Tim Brazil era 1970 adalah tim yang mendapat banyak pujian menjadi tim terbaik sepanjang masa karena bertabur bintang seperti Clodoaldo, Gerson, Rivelino, Tostao, Jairzinho, Carlos Alberto dan tentu saja Pele, yang mampu bertahan agar tetap fit dan tanpa cedera selama turnamen. Selain itu sisi menariknya Piala Dunia 1970 adalah karena pertama kalinya siaran sepakbola disajikan dalam layar kaca berwarna. Untuk kedua kali dan terakhir sejak tahun 1950, tidak ada satupun pemain diusir keluar lapangan selama turnamen. Pada partai Final ini juga terjadi pertama kalinya penggantian pemain, dan kartu kuning dan kartu merah mulai dikenalkan.
Total Football
Pada edisi kesepuluh final pada tahun 1974, kehormatan menjadi penerima pertama dari Tropi Piala Dunia FIFA yang baru jatuh ke tangan tuan rumah Jerman Barat. Meskipun begitu, Piala Dunia 1974 sering dikenang karena Total Football mengejutkan dan revolusioner yang dilakukan oleh Belanda, yang dimotori Johan Cruyff dan Johan Neeskens.
Tuan Rumah Kembali Juara
Sekali lagi tuan rumah yang menjadi pemenang, Argentina keluar sebagai juara Piala Dunia 1978 setelah mengalahkan Belanda 3-1 di final. Pemain bintang Belanda, Johan Cruyff menolak berpartisipasi karena situasi politik di negara Amerika Selatan yang tidak bersahabat kala itu. Tunisia dan Iran menjadi dua negara baru yang menjadi peserta Piala Dunia untuk pertama kalinya.
Paolo Rossi
Spanyol 1982, Rossi sang pahlawan Italia. Italia memulai dengan perlahan dan nyaris tereliminasi pada kesempatan awal, tapi keberuntungan mereka berubah dan memenangkan Piala Dunia ketiga kalinya dengan cara yang luar biasa. Ada tiga kejadian menarik bagi sosok Rossi kala itu, pertama saat Italia menang melawan Brazil 3-2, yang masih dianggap sebagai pertandingan terbaik hingga hari ini. Paolo Rossi mencetak hat-trik untuk membuka kesempatan Azzuri masuk ke semi-final. Kejadian kedua saat Rossi sekali lagi menjadi pahlawan di semi final, mencetak kemenangan bagi Italia atas Polandia. Dan puncaknya adalah saat Rossi kembali menunjukkan performa terbaiknya di final, mencetak skor pembuka dan membawa Italia memperoleh tropi World Cup yang ketiga dengan menang 3-1. 
Hand of God
Maradona tampil cemerlang saat Piala Dunia 1986 di Meksiko. Di edisi inilah terciptanya gol Tangan Tuhan Maradona yang terkenal itu. Argentina menang 3-2, dengan menyingkirkan permainan Jerman dengan dua gol di final dalam 10 menit.
Catenaccio
Italia 1990 dianggap seperti kelanjutan drama dari edisi 1986, sebagai salah satu kemunduran dalam sejarah Piala Dunia. Dengan gaya permainan yang masih bergaya bertahan, terutama Azzurri, turnamen ini memiliki jumlah gol rata-rata tiap permainan paling sedikit (2,21), dan kartu merah paling banyak dalam beberapa pertandingan, termasuk semifinal, serta penentuan pertandingan lewat adu penalti. Jerman Barat keluar sebagai juara, kemenangan ketiga yang mengantarkan Jerman Barat sejajar bersama Brazil dan Italia.
Baggio
Final Piala Dunia 1994 mempertemukan dua kontestan terbaik dalam sejarah, masing-masing pernah mendapat tiga tropi dan berisi sejumlah bintang terkenal. Tetapi setelah 120 menit pertandingan berakhir dengan kedudukan tanpa gol, akhirnya penentuan juara ditentukan dengan adu penalti untuk pertamakalinya dalam sejarah penyelenggaraan Piala Dunia. Meskipun tampil sensasional, Roberto Baggio bintang Italia menjadi biang kekalahan negaranya di final, gagal menendang bola saat adu pinalti hingga mengakibatkan kemenangan Brazil.
Suka Owen, Duka Beckham
Tak berpapasan di Piala Dunia 1990 dan sama sekali tak berjumpa di Piala Dunia 1994, Inggris dan Argentina akhirnya kembali saling berhadapan di Piala Dunia 1998 Prancis. Setelah lolos dari penyisihan grup masing-masing, dua musuh bebuyutan itu harus saling menyingkirkan untuk melaju ke perempat final. Michael Owen bintang muda Inggris berhasil menunjukkan kecermelangannya kala itu, mencetak satu gol terindah dalam sejarah Piala Dunia, meski tetap tak sepadan dengan gol kedua Maradona ke gawang Inggris di perempat Piala Dunia 1986.
Namun, dengan tak melupakan gol indah Owen, hal yang paling diingat publik bola dari pertandingan ini justru adalah dikartumerahkannya David Beckham, bintang yang saat itu paling dipuja di Inggris. Kartu merah Beckham membuat Inggris menyelesaikan pertandingan dengan 10 pemain, dan akhirnya kalah dalam adu penalti. 
Juara Bertahan Terburuk
Dalam sejarah Piala Dunia, hanya ada satu tim yang bisa meraih juara dunia dua kali berturut-turut, yaitu Italia pada Piala Dunia 1934 dan 1938. Ajang ini juga mencatat, hanya beberapa tim saja yang melaju ke final Piala Dunia secara berturut-turut, semisal Argentina dan Jerman di Piala Dunia 1986 dan 1990 atau Brazil di Piala Dunia 1994, 1998 dan 2002. Selebihnya, para juara bertahan biasanya tampil keteteran. Meski demikian, belum ada juara bertahan Piala Dunia seburuk Prancis. Prancis datang ke Piala Dunia Korea-Jepang 2002 tak hanya dengan predikat juara bertahan, namun juga sebagai tim terbaik dunia. Selepas gelar Piala Dunia 1998, mereka merenggut Piala Eropa 2000, dan Piala Konfederasi 2001. Tapi di babak penyisihan grup Prancis hanya mampu bermain sekali draw, dan 2 kali kalah, dan Prancis tergencet di dasar klasemen Grup A Piala Dunia 2002 dengan nilai 1. Yang lebih buruk, tim ini bahkan tak mencetak gol sebijipun.
                                                                   Tandukan Zidane
Final Piala Dunia 2006 berlangsung tidak istimewa. Dua tim yang bertanding, Italia dan Prancis, bermain terlalu hati-hati. Sampai menjelang babak kedua perpanjangan waktu, pertandingan bertahan pada kedudukan imbang 1-1. Pemenang pertandingan kemudian ditentukan dengan cara yang paling dibenci oleh pemain dan penggemar sepakbola yaitu adu penalti. Namun Zinedine Zidane melakukan hal yang tak mungkin bisa dihapuskan dari catatan sejarah Piala Dunia. Tindakannya yang menanduk kepala Materazzi setelah terlibat adu mulut setidaknya menjadikan Piala Dunia 2006 bisa dikenang.
Bagaimana selanjutnya?
Dan apa yang akan terjadi di Afrika Selatan 2010? Apakah hal yang menarik itu akan lahir dari Brazil dengan kemenangan keenam mereka, ataukah Italia akan mempertahankan posisi mereka sebagai juara bertahan dan duduk sejajar bersama Brazil sebagai pengoleksi Piala Dunia terbanyak? Atau bisa jadi negara-negara Afrika membuka bab baru dalam sejarah panjang dengan menelurkan juara dari benua mereka. Dunia sepakbola sudah tidak sabar menunggu untuk memulai melihat sejarah akan terukir kembali. Bisakah Anda menebaknya?

SEJARAH DI PIALA DUNIA 2010



Tropi Piala Dunia (c)AP
Tropi Piala DunBerbagai macam peristiwa besar terjadi di tahun 1930, namun ada berapa banyak dari peristiwa tersebut yang sampai saat ini masih dibicarakan orang?. Sebut saja salah satu di antaranya yaitu peristiwa sejarah Konstantinopel yang berganti nama secara resmi menjadi Istanbul saat itu, atau penemuan fenomenal planet ke 9 dari sistem tata surya kita, planet Pluto, dan tentu saja yang sedang ramai dibicarakan saat ini yaitu Piala Dunia, ya, pada tahun 1930-lah kompetisi terakbar dunia ini digelar pertama kali di Uruguay.Saat itu Piala Dunia belum mengenal babak kualifikasi. Sejumlah besar dari 13 tim yang berlaga adalah undangan, empat dari Eropa, delapan dari Amerika Selatan dan sebuah tim yang mewakili Amerika Serikat. Banyak tim yang memutuskan tidak ikut serta karena letak Uruguay yang jauh. Perjalanan panjang melalui laut membutuhkan waktu kira-kira dua bulan lamanya. Hal tersebut menjadi alasan bagi beberapa negara besar untuk tidak ambil bagian termasuk Inggris dan sesama negara Eropa yang dominan seperti Austria, Hungaria dan Cekoslovakia. Pada akhirnya, negara tuan rumah, Uruguay keluar sebagai pemenang dan menjadi tim pertama yang berhasil mengangkat trophy Piala Dunia.
Edisi kedua Piala Dunia diadakan di Italia empat tahun kemudian, 1934. Daya tarik turnamen global ini telah meningkat pesat saat itu, tercatat sebanyak tiga puluh dua negara ikut ambil bagian dalam babak kualifikasi. Ini adalah Piala Dunia pertama yang mengadakan kualifikasi, dengan 32 tim untuk memperebutkan 16 posisi. Inggris menolak untuk ikut serta begitupula dengan juara bertahan Uruguay, yang menolak bermain sebagai balasan sikap negara-negara Eropa yang enggan hadir di Piala Dunia 1930. Lebih mirip dengan Olimpic Berlin 1936 Adolf Hitler, diktator Italia Benito Mussolini menggunakan turnamen Piala DUnia sebagai salah satu kesempatan untuk memaksa propaganda Fasis. 55.000 penonton termasuk Mussolini, hadir di final antara tuan rumah melawan Cekoslovakia. Dan sekali lagi, seperti edisi sebelumnya tuan rumah keluar sebagai pemenangnya, trophy Piala Dunia pertama bagi Italia.
Jika mitos tuan rumah selalu keluar sebagai pemenang itu benar, maka tuan rumah Prancis seharusnya bisa memenangkan Piala Dunia FIFA ketiga di tahun 1938. Tapi sayang mitos tersebut tidak terbukti, Perancis hanya berhasil sampai ke perempat final, perjalanannya dihentikan oleh sang juara bertahan Italia. Keperkasaan Squadra Azzurri benar-benar menonjol saat itu dengan berhasil menyabet juara Piala Dunia untuk kedua kalinya secara berturut-turut.
Perang Dunia Kedua
Berlangsungnya Perang Dunia Kedua membawa kesuraman bagi dunia sepakbola. Dr Ottorino Barassi, wakil presiden FIFA Italia saat itu, menyembunyikan trofi Piala Dunia dalam kotak sepatu di bawah tempat tidurnya selama perang berlangsung, dengan tujuan untuk mencegahnya jatuh ke tangan pasukan pendudukan. Tahun 1946, piala itu resmi berganti nama untuk menghormati Presiden FIFA Jules Rimet, yang telah bekerja tanpa kenal lelah untuk melestarikan semangat dan struktur permainan sepakbola selama konflik bertahun-tahun.
Maracana
Setelah 12 tahun absen karena Perang Dunia kedua, Piala Dunia kembali dengan format baru. Sebuah liga mini digunakan untuk putaran kedua, dengan tim yang menang di tiap grup akan berhak maju ke babak selanjutnya. Brazil, Swedia, Spanyol dan Uruguay bersaing untuk memperebutkan titel juara Piala DUnia ke 4. Pertandingan final akhirnya mempertemukan Brazil melawan Uruguay, A Seleção sebagai tuan rumah sangat diunggulkan untuk mampu mengalahkan Uruguay. Merasa pasti menang, 205 ribu pendukung Brazil berbondong-bondong datang ke Stadion Maracana (hingga mencatat rekor penonton terbanyak di satu pertandingan dalam sejarah Piala Dunia). Namun, persiapan pesta pora itu sekejap berubah menjadi hujan tangis saat Alcides Ghiggia mencetak gol pada menit ke 79 untuk keunggulan Uruguay, skor 2-1 bertahan hingga akhir dan membawa uruguay juara Piala Dunia untuk kedua kalinya.
Kekalahan atas Uruguay di Maracana itu tetap dikenang sebagai sebuah aib yang tak bisa dilupakan bagi Brazil. Mereka menamai aib itu dengan sebutan Maracanazo yang kurang lebih berarti "Prahara Maracana". Dan sejak saat itu, kata "Maracanazo" menjadi sebuah ungkapan populer di Brazil jika menyebut terjungkalnya tim besar oleh tim yang tidak diunggulkan.
Piala Dunia 140 Gol
Kejutan berikutnya juga terjadi pada Piala Dunia 1954 di Swiss, yang merupakan Piala Dunia yang paling menegangkan dan mungkin yang terbaik sepanjang masa, dengan 140 gol dalam 26 pertandingan jika di rata-rata maka ada 5,38 gol di setiap permainan. Tak ada yang tak mengunggulkan Hungaria menjelang Piala Dunia 1954 Swiss. Dekade 50-an adalah milik Hungaria. Diperkuat oleh deretan pemain terbaik masa itu seperti Ferenc Puskas, Nandor Hidegkuti, Sandor Kocsis, dan Jozsef Bozsik, tim ini bisa disebut dengan julukan Para penyihir Magyar. Itulah sebabnya kemenangan Jerman atas Hungaria pada final Piala Dunia Swiss di Bern disebut sebagai The Miracle of Berne atau "Keajaiban Berna" yang mengacu tempat final dilaksanakan. Dalam hal inovasi, Piala Dunia 1954 adalah yang pertama kali dipakainya nomor punggung untuk setiap pemain.
Pele
Piala Dunia di Swedia pada tahun 1958 selamanya akan dikenang dari sosok seorang anak berusia 17 tahun berkebangsaan Brazil bernama Pele, yang menolong negaranya untuk mengklaim penghargaan tertinggi sepakbola dunia pertama kali setelah mereka mengalami kekalahan dua kali yang menyakitkan.
Piala Dunia Terkejam
Pertempuran Santiago terjadi pada Piala Dunia 1962 di Chili. Mungkin pertandingan antara tuan rumah Chili melawan Italia akan menjadi yang paling kejam dalam sejarah Piala Dunia. Dua pemain Italia harus dirumahkan, yang lainnya, Humberto Masghio, mendapati tulang hidungnya patah setelah pukulan hook kanan dari Leonel Sanchez, dan parahnya tindakan itu tidak mendapatkan hukuman. Dengan 11 lawan 9, perkelahian terus terjadi. Lentingan kaki, sodokan sikut, ayunan tinju, dan cipratan ludah berhamburan hingga pertandingan berakhir. Tercatat, polisi sampai tiga kali masuk lapangan untuk memisahkan pemain yang berkelahi. Chile menang 2-0 yang lantas maju ke babak semifinal – prestasi terbaik mereka sepanjang sejarah keikutsertaan mereka di Piala Dunia. Sementara itu, Italia yang tersingkir di penyisihan grup harus pulang lebih awal.
The Sixty Six
Kembali pada Piala Dunia 1966 di Inggris tuan rumah berhasil keluar sebagai juaranya. Namun keberhasilan Inggris dicurigai terdapat kecurangan karena dukungan wasit, salah satunya yang paling tampak adalah Gottfried Dienst, wasit asal Swiss. Wasit inilah yang mengesahkan dua gol aneh Geoff Hurst untuk Inggris dalam partai final melawan jerman Barat. Gol ketiga Hurst meski tak semenentu yang kedua, terjadi lebih aneh lagi. Gol yang tercipta pada menit terakhir perpanjangan waktu itu berbarengan dengan menghamburnya penonton ke lapangan pertandingan – karena mereka menyangka pertandingan telah selesai. Dan, seperti yang dicatat sejarah, gol tidak normal itu disahkan oleh wasit Dienst.
Kejayaan Brazil
Piala Dunia Meksiko 1970 bisa jadi tahun kejayaan terbesar bagi Brazil. Brazil menang dengan predikat tim terbaik yang tak terbantahkan. Tim Brazil era 1970 adalah tim yang mendapat banyak pujian menjadi tim terbaik sepanjang masa karena bertabur bintang seperti Clodoaldo, Gerson, Rivelino, Tostao, Jairzinho, Carlos Alberto dan tentu saja Pele, yang mampu bertahan agar tetap fit dan tanpa cedera selama turnamen. Selain itu sisi menariknya Piala Dunia 1970 adalah karena pertama kalinya siaran sepakbola disajikan dalam layar kaca berwarna. Untuk kedua kali dan terakhir sejak tahun 1950, tidak ada satupun pemain diusir keluar lapangan selama turnamen. Pada partai Final ini juga terjadi pertama kalinya penggantian pemain, dan kartu kuning dan kartu merah mulai dikenalkan.
Total Football
Pada edisi kesepuluh final pada tahun 1974, kehormatan menjadi penerima pertama dari Tropi Piala Dunia FIFA yang baru jatuh ke tangan tuan rumah Jerman Barat. Meskipun begitu, Piala Dunia 1974 sering dikenang karena Total Football mengejutkan dan revolusioner yang dilakukan oleh Belanda, yang dimotori Johan Cruyff dan Johan Neeskens.
Tuan Rumah Kembali Juara
Sekali lagi tuan rumah yang menjadi pemenang, Argentina keluar sebagai juara Piala Dunia 1978 setelah mengalahkan Belanda 3-1 di final. Pemain bintang Belanda, Johan Cruyff menolak berpartisipasi karena situasi politik di negara Amerika Selatan yang tidak bersahabat kala itu. Tunisia dan Iran menjadi dua negara baru yang menjadi peserta Piala Dunia untuk pertama kalinya.
Paolo Rossi
Spanyol 1982, Rossi sang pahlawan Italia. Italia memulai dengan perlahan dan nyaris tereliminasi pada kesempatan awal, tapi keberuntungan mereka berubah dan memenangkan Piala Dunia ketiga kalinya dengan cara yang luar biasa. Ada tiga kejadian menarik bagi sosok Rossi kala itu, pertama saat Italia menang melawan Brazil 3-2, yang masih dianggap sebagai pertandingan terbaik hingga hari ini. Paolo Rossi mencetak hat-trik untuk membuka kesempatan Azzuri masuk ke semi-final. Kejadian kedua saat Rossi sekali lagi menjadi pahlawan di semi final, mencetak kemenangan bagi Italia atas Polandia. Dan puncaknya adalah saat Rossi kembali menunjukkan performa terbaiknya di final, mencetak skor pembuka dan membawa Italia memperoleh tropi World Cup yang ketiga dengan menang 3-1.
Hand of God
Maradona tampil cemerlang saat Piala Dunia 1986 di Meksiko. Di edisi inilah terciptanya gol Tangan Tuhan Maradona yang terkenal itu. Argentina menang 3-2, dengan menyingkirkan permainan Jerman dengan dua gol di final dalam 10 menit.
Catenaccio
Italia 1990 dianggap seperti kelanjutan drama dari edisi 1986, sebagai salah satu kemunduran dalam sejarah Piala Dunia. Dengan gaya permainan yang masih bergaya bertahan, terutama Azzurri, turnamen ini memiliki jumlah gol rata-rata tiap permainan paling sedikit (2,21), dan kartu merah paling banyak dalam beberapa pertandingan, termasuk semifinal, serta penentuan pertandingan lewat adu penalti. Jerman Barat keluar sebagai juara, kemenangan ketiga yang mengantarkan Jerman Barat sejajar bersama Brazil dan Italia.
Baggio
Final Piala Dunia 1994 mempertemukan dua kontestan terbaik dalam sejarah, masing-masing pernah mendapat tiga tropi dan berisi sejumlah bintang terkenal. Tetapi setelah 120 menit pertandingan berakhir dengan kedudukan tanpa gol, akhirnya penentuan juara ditentukan dengan adu penalti untuk pertamakalinya dalam sejarah penyelenggaraan Piala Dunia. Meskipun tampil sensasional, Roberto Baggio bintang Italia menjadi biang kekalahan negaranya di final, gagal menendang bola saat adu pinalti hingga mengakibatkan kemenangan Brazil.
Suka Owen, Duka Beckham
Tak berpapasan di Piala Dunia 1990 dan sama sekali tak berjumpa di Piala Dunia 1994, Inggris dan Argentina akhirnya kembali saling berhadapan di Piala Dunia 1998 Prancis. Setelah lolos dari penyisihan grup masing-masing, dua musuh bebuyutan itu harus saling menyingkirkan untuk melaju ke perempat final. Michael Owen bintang muda Inggris berhasil menunjukkan kecermelangannya kala itu, mencetak satu gol terindah dalam sejarah Piala Dunia, meski tetap tak sepadan dengan gol kedua Maradona ke gawang Inggris di perempat Piala Dunia 1986.
Namun, dengan tak melupakan gol indah Owen, hal yang paling diingat publik bola dari pertandingan ini justru adalah dikartumerahkannya David Beckham, bintang yang saat itu paling dipuja di Inggris. Kartu merah Beckham membuat Inggris menyelesaikan pertandingan dengan 10 pemain, dan akhirnya kalah dalam adu penalti.
Juara Bertahan Terburuk
Dalam sejarah Piala Dunia, hanya ada satu tim yang bisa meraih juara dunia dua kali berturut-turut, yaitu Italia pada Piala Dunia 1934 dan 1938. Ajang ini juga mencatat, hanya beberapa tim saja yang melaju ke final Piala Dunia secara berturut-turut, semisal Argentina dan Jerman di Piala Dunia 1986 dan 1990 atau Brazil di Piala Dunia 1994, 1998 dan 2002. Selebihnya, para juara bertahan biasanya tampil keteteran. Meski demikian, belum ada juara bertahan Piala Dunia seburuk Prancis. Prancis datang ke Piala Dunia Korea-Jepang 2002 tak hanya dengan predikat juara bertahan, namun juga sebagai tim terbaik dunia. Selepas gelar Piala Dunia 1998, mereka merenggut Piala Eropa 2000, dan Piala Konfederasi 2001. Tapi di babak penyisihan grup Prancis hanya mampu bermain sekali draw, dan 2 kali kalah, dan Prancis tergencet di dasar klasemen Grup A Piala Dunia 2002 dengan nilai 1. Yang lebih buruk, tim ini bahkan tak mencetak gol sebijipun.
Tandukan Zidane
Final Piala Dunia 2006 berlangsung tidak istimewa. Dua tim yang bertanding, Italia dan Prancis, bermain terlalu hati-hati. Sampai menjelang babak kedua perpanjangan waktu, pertandingan bertahan pada kedudukan imbang 1-1. Pemenang pertandingan kemudian ditentukan dengan cara yang paling dibenci oleh pemain dan penggemar sepakbola yaitu adu penalti. Namun Zinedine Zidane melakukan hal yang tak mungkin bisa dihapuskan dari catatan sejarah Piala Dunia. Tindakannya yang menanduk kepala Materazzi setelah terlibat adu mulut setidaknya menjadikan Piala Dunia 2006 bisa dikenang.
What's Next?
Dan apa yang akan terjadi di Afrika Selatan 2010? Apakah hal yang menarik itu akan lahir dari Brazil dengan kemenangan keenam mereka, ataukah Italia akan mempertahankan posisi mereka sebagai juara bertahan dan duduk sejajar bersama Brazil sebagai pengoleksi Piala Dunia terbanyak? Atau bisa jadi negara-negara Afrika membuka bab baru dalam sejarah panjang dengan menelurkan juara dari benua mereka. Dunia sepakbola sudah tidak sabar menunggu untuk memulai melihat sejarah akan terukir kembali. Bagai mana? Bisakah anda menjawabnya? 

MOBIL-MOBIL TERCEPAT DAN TERMAHAL DIDUNIA

Kamis, 16 September 2010

LINKIN PARK~IN THE END CHORD

Intro: Dm C x4

Verse:
               Dm
It starts with one thing I don't know why
   C
It doesn't even matter how hard you try
Bb
Keep that in mind I designed this rhyme
   C
To explain in due time
      Dm
All I know, time is a valuable thing
C
Watch it fly by as the pendulum swings
Bb
Watch it count down to the end of the day
          C
The clock ticks life away
          Dm
It's so unreal, didn't look out below
C
Watch the time go right out the window
Bb
Trying to hold on, but didn't even know
   C
Or wasted it all just to 
          Dm
Watch you go, I kept everything inside
    C
And even though I tried, it all fell apart
Bb
What it meant to me will eventually be
  C
A memory of a time when


Chorus:
           Dm              F
I tried so hard and got so far
           C                   Bb
But in the end it doesn't even matter
         Dm              F
I had to fall to lose it all
           C                   Bb
But in the end it doesn't even matter


Verse:
Dm
One thing, I don't know why
   C
It doesn't even matter how hard you try
Bb
Keep that in mind I designed this rhyme
   C
To remind myself how
           Dm                                           C
I tried so hard, in spite of the way you were mocking me
                                       Bb
Acting like I was part of your property
                                            C
Remembering all the times you fought with me
                        Dm
I'm surprised it got so far
                                     C
Things aren't the way they were before
                                     Bb
You wouldn't even recognize me anymore

Not that you knew me back then
       C
But it all comes back to me 
       Dm
In the end you kept everything inside
         C
And even though I tried, it all fell apart
Bb
What it meant to me will eventually be
       C
A memory of a time when


Chorus:
           Dm              F
I tried so hard and got so far
           C                   Bb
But in the end it doesn't even matter
         Dm              F
I had to fall to lose it all 
           C                   Bb
But in the end it doesn't even matter


Bridge:
            Dm       C
I've put my trust in you
          Bb           C
Pushed as far as I can go
             Dm
And for all this 
             C                    Bb   C
There's only one thing you should know
            Dm       F
I've put my trust in you
          C            Bb
Pushed as far as I can go
             Dm
And for all this
             F                    C   Bb
There's only one thing you should know


Final Chorus: 
           Dm              F
I tried so hard and got so far
           C                   Bb
But in the end it doesn't even matter
         Dm              F
I had to fall to lose it all
           C                   Bb
But in the end it doesn't even matter

Outro: Dm C x4

End: Dm

Allegri: AC Milan Masih Harus benahi Diri


Allegri: AC Milan Masih Harus benahi Diri

Pelatih AC Milan Massimiliano Allegri menyatakan timnya masih harus banyak dibenahi.



Oleh Taufik Bagus

16 Sep 2010 14:11:00


AC Milan tampil memuaskan di Liga Champions. Menghadapi AJ Auxerre dinihari tadi di San Siro, AC Milan menang 2-0 lewat dua gol Zlatan Ibrahimovic.

Sebelumnya, Massimiliano Allegri mengaku puas dengan penampilan anak asuhnya di pertandingan itu. Akan tetapi, ia menegaskan kepuasannya tidak sampai 100 persen.


Diungkapkan Allegri, masih banyak yang harus dibenahi dari skuad AC Milan sebelum timnya benar-benar matang dan siap berkompetisi di level tinggi.

"Kami masih berusaha keras menemukan keseimbangan yang tepat dari tim ini, terutama ketika ada dua pemain yang barus saja bergabung," katanya seusai pertandingan, Kamis (16/9).

"Sangat penting kami bisa mendapatkan semangat yang hebat dalam hal pengorbanan dari para pemain kami yang berada di posisi sayap."

"Dengan teknik yang kami punya pada tim ini, dengan momentum yang tepat, kami bisa menyakiti semua orang," tandasnya seperti dikutip Sky Italia.